Karakter Letusan Gunung Api di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara gunung api di dunia karena lebih dari 30% gunung api
aktif berada di Indonesia. Kawasan gunung api di Indonesia umumnya berpenduduk padat karena kesuburan dan panoramanya yang indah. Vulkanolog Indonesia hingga saat ini mengelompokkan gunung api di Indonesia berdasarkan sejarah letusannya yaitu Tipe A (79 buah), pernah meletus sejak 1600, Tipe B (29 buah) adalah yang diketahui pernah meletus sebelum 1600 dan Tipe C (21 buah) adalah lapangan solfatara dan fumarola saja. Hasil kajian terhadap sebagian dari gunung api aktif tersebut di atas memperlihatkan perbedaan karakter erupsi yang secara langsung berhubungan dengan potensi ancaman bahaya letusannya.
Potensi ancaman bahaya letusan gunung api sangat berkaitan dengan keadaan bentang alam puncak (bentuk kawah), tipe dan dinamika letusannya. Bentuk gunung api sangat berkaitan dengan sifat kuantitas dan kualitas magma yang dikeluarkannya. Kualitas magma dinyatakan dalam kekentalan (viskositas) yaitu proporsi antara mineral yang telah terbentuk dalam magma dan larutan magmatik yang tersisa pada saat terjadi proses pembekuan magma. Magma yang relatif encer biasanya bersifat basal dan akan membentuk aliran sedangkan yang kental cenderung membentuk kubah. Setiap gunung api di Indonesia memiliki dinamika perkembangan yang berbeda sehingga penanganannya pun akan berbeda. Berikut ini karakter letusan umum gunung api di Indonesia menurut para geolog
1. Letusan Kaldera
Merupakan tipe letusan raksasa dengan pelepasan energi yang sangat besar contohnya Krakatau dan Tambora. Diperlukan waktu yang lama untuk mengulangi letusan seperti ini. Ciri dari letusan ini adalah bertipe Plinian disertai aliran Piroklastik dalam jumlah besar. Letusan Tambora (1815) menghasilkan endapan tefra (jatuhan piroklastik) mencapai 150 km3. Aliran piroklastik (awan panas letusan) adalah ancaman paling merusak dan membunuh karena terjadi bersamaan dengan letusan gunung api dan mempunyai tenaga mekanik (hempas) yang sangat besar, ditunjang oleh gaya gravitasi (meluncur di lereng), sehingga dapat mencapai kecepatan lebih dari 60 km/jam dan mempunyai suhu yang dapat mencapai 800 derajat C (magmatik).
2. Pasca Letusan Kaldera
Kegiatan vulkanik biasanya diawali oleh tumbuhnya kerucut lava atau scoria di dasar kaldera. Pada umumnya tipe letusan  adalah Stromboli atau Maar karena posisi dapur magma relatif dangkal dengan sistem yang terbuka sehingga tidak terjadi akumulasi energi yang besar. Gunung Batur yang terdapat di dalam kaldera Batur mewakili tipe gunung api ini.
3. Lahar
Lahar adalah istilah kegunungapian yang mengacu pada letusan Kelud di tahun 1919. Menurut kejadiannya lahar dibedakan menjadi lahar letusan (berkaitan langsung dengan erupsi) dan lahar hujan (dipicu oleh hujan di puncak kawah). Keberadaan danau kawah merupakan aspek yang berpotensi menimbulkan bahaya lahar. Gunung Kelud dapat mewakili tipe letusan lahar ini karena memiliki danau kawah terbuka.
4. Kerucut Gunung Api Strato dengan atau tanpa Kubah Lava.
Gunung tipe ini umumnya memiliki pipa kepundan yang relatif panjang dengan satu atau lebih kantung magma dan memiliki ketinggian lebih dari 3000 mdpl. Gunung api tipe ini umumnya memiliki volume pasokan magma dalam jumlah tertentu sehingga akan terjadi erupsi secara periodik. Gunung Merapi mewakili contoh letusan tipe ini yaitu berkaitan dengan guguran kubah atau lidah lava.
5. Kawah Tapal Kuda
Kawah ini terbentuk akibat longsornya bagian dari kawah atau tubuh gunung api itu sendiri baik yang dipicu oleh letusan magmatik, non magmatik atau tidak berkaitan dengan letusan gunung api. Gunung Papandayan dapat mewakili tipe gunung api ini yang mengacu pada mekanisme letusan yang pernah terjadi tahun 1772 maupun 2002.
6. Pulau Gunung Api
Fenomena pulau gunung api (volcano island) dan gunung api bawah laut (submarine volcano) memerlihatkan potensi ancaman bahaya letusan yang signifikan seperti Krakatau dan Anak Krakatau. Proses mekanisme terbentuknya Anak Krakatau diawali dari letusan bawah laut tipe Surtsey selama kurang lebih 40 hari kemudian berkembang menjadi letusan Stromboli disertai aliran lava sehingg membentuk daratan seperti saat ini. Ancaman Tsunami juga terlihat dari letusan tipe ini.

Berdasarkan kajian karakteristik gunung api tersebut di atas (bangun-tubuh, bentuk kawah, tipe, dan frekuensi letusannya), dan potensi ancaman bahaya letusannya, gunung api aktif Indonesia dapat diklasifikasikan secara sistematik atas delapan tipe, yaitu tipe-tipe Gunung Tambora (letusan kaldera), Batur (pasca kaldera), Kelud (danau kawah), Papandayan (runtuhan dinding kawah), Merapi (guguran lava pijar), Agung (kawah terbuka), Sangeangapi (leleran lava), dan Gunung Anak Krakatau 1928 (pulau gunung api dan gunung api bawah laut). 
Itulah beberapa karakter Gunung Api di Indonesia yang harus masyarakat pahami untuk mitigasi bencana kedepannya. Kenalilah Gunung Api mu maka kamu akan merasa nyaman berada di sekitarnya.

Kawah Kelud
Kaldera Tambora
Kerucut Merapi

Sumber dan Gambar:
Indyo Pratomo. Jurnal Geologi Indonesia Vol. 1 No. 4 Desember 2006

Posting Komentar

0 Komentar