Teko di Luar Angkasa



Astronomy Event - Alam semesta penuh akan keajaiban dan hal-hal yang menakjubkan. Salah satunya adalah rasi bintang. Sejak ribuan tahun lalu, manusia sudah mengetahui adanya suatu pola yang dibuat oleh bintang. Bintang-bintang terang membentuk sebuah pola yang mirip dengan singa. Maka dari itu, pola tersebut disebut sebagai rasi Leo. Bintang-bintang juga bisa membentuk sesuatu yang lain. Misalnya, teko.

Jika kita melihat pada Rasi Sagittarius (versi IAU), kita bisa melihat bentuk teko yang merupakan busur dari Sang Pemanah. Bentuk teko tersebut terkenal karena memiliki bintang-bintang terang seperti Kaus Australis (bintang paling terang dalam rasi Sagittarius. magnitudo 1,79) dan Nunki (magnitudo 2,05). Karena itu, teko ini dijadikan sebuah asterisme---yaitu sebuah pola yang dibentuk oleh bintang yang merupakan bagian dari satu konstelasi resmi atau lebih.


Tapi teko tersebut hanyalah sebuah pola yang terbentuk secara kebetulan oleh bintang. Itu bukanlah sebuah materi yang bisa dirasakan. Tidak ada teko ASLI yang melayang di luar angkasa. Tapi, apakah benar tidak teko asli melayang di luar angkasa?

Pada tahun 1952, seorang filsuf, Bertrand Russell menulis sebuah artikel pada majalah Illustrated (artikel tersebut belum pernah dirilis sebenarnya) ia mengusulkan bahwa ada sebuah teko yang mengorbit matahari diantara Bumi dan Mars dalam bentuk orbit elips. Teko tersebut dikenal sebagai Teko Russell.

Jika dipikir-pikir, rasanya itu adalah hal yang gila. Mana mungkin ada sebuah teko yang melayang-layang di luar angkasa, sementara saat itu, manusia belum meluncurkan satelit ke luar angkasa. Namun secara mengejutkan, ilmu pengetahuan mengatakan bahwa kehadiran Teko Russell tidak bisa dibuktikan tidak benar. Bukan karena Teko Russell benar-benar ada, namun karena sangat sulit dan bahkan mungkin mustahil untuk mencari bukti yang dapat digunakan untuk membuktikan ketidakhadiran teko ini. Mengapa?

Teko sangatlah kecil dibandingkan dengan objek langit lainnya seperti asteroid dan planet, ukurannya paling hanya sekitar 20 cm. Ukuran teko yang relatif sangat kecil ini membuatnya tidak bisa dilihat oleh teleskop terbaik kita. Kita membutuhkan teleskop yang memiliki diameter ratusan hingga ribuan kilometer untuk melihat Teko Russell dengan resolusi yang tajam. Teleskop tersebut tentunya agak mustahil untuk dibuat oleh manusia.

Mungkin kalian berkata, "Oke, lalu siapa peduli jika teko itu ada atau tidak. Toh, kehidupan akan terus berlanjut dengan damai."

Memang, namun analogi Teko Russell merupakan sebuah contoh bahwa manusia memiliki kemampuan sangat terbatas di alam semesta ini. Alam semesta sangatlah luas dan kita sangatlah kecil terhadapnya. Ilmu pengetahuan kita yang terlihat tidak ada apa-apanya dibanding luasnya ruang angkasa membuat ruang angkasa memiliki sangat banyak ketidakpastian dan ketidaktahuan bagi kita. 

Kita bisa mengklaim bahwa sebelum terjadinya Big Bang, alam semesta dihuni oleh seekor kucing garong. Dan hari ini para ilmuwan tidak bisa mencari bukti bahwa hal tersebut tidak benar. Karena beberapa waktu kemudian setelah Big Bang terjadi, alam semesta sangatlah kacau bahkan membuat matematika dan fisika tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi saat itu. Ini membuat suatu barikade yang menghalangi kita untuk mengetahui lebih jauh ke masa lalu. Dan kita memiliki kemampuan yang belum cukup untuk menembusnya.

Kita memiliki rasa penasaran yang sangat besar. Seperti rasa penasaran kita akan kehidupan di luar Bumi. Namun keterbatasan teknologi saat ini membuat kita belum bisa memuaskan rasa penasaran tersebut. Namun rasa penasaran itulah yang mendorong kita untuk menghancurkan keterbatsan-keterbatasan itu, memperluas jangkauan kita di alam semesta dan menjelajah lebih jauh.

Alam semesta memanglah sangat luas. Namun selagi rasa penasaran kita lebih besar darinya, kita bisa menjelajah lebih jauh dan pada akhirnya, menembus keluar batas alam semesta kita.

Jadi, tetaplah penasaran dan teruslah melihat ke atas.

Posting Komentar

0 Komentar