Gerakan Radikalis: ISIS, Terorisme dan Agama

Meskipun saya bukan ahli mengenai hal-hal berbau terorisme namun akhir-akhir ini masyarakat Indonesia termasuk saya kembali disuapi oleh berita tentang gerakan-gerakan radikalisme. Setelah mencari
berbagai bahan bacaan dan literasi akhirnya saya mencoba membuat ikhtisar mengenai fenomena tersebut dan diharapkan mampu menambah wawasan saya dan masyarakat. 
Menurut kabar berita sekitar 16 WNI hilang di Turki dan diduga bergabung dengan ISIS (Islamic State Iraq Suriah). ISIS konon dibentuk pada tahun 2013 di daerah Irak dengan tujuan tertentu dan tentunya bukan tujuan kemashlahatan. Sejak dahulu terorisme seringkali dikaitan dengan Islam padahal sebenarnya dalam Islam tidak ada ajaran untuk berbuat kekejaman seperti yang terlihat pada aksi-aksi ISIS di TV. Di Indonesia saja sejak zaman kemerdekaan Gerakan seperti ini sudah ada dengan nama NII (Negara Islam Indonesia). Dalam sejarah Islam, paham radikal seperti ini muncul setelah Nabi Muhammad SAW wafat khususnya pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib dan dinamakan Khawarij (kelompok yang tidak loyal kepada pemerintahan Ali). Dalam era modern saat ini, khawarij adalah kelompok yang memiliki paham bertolakbelakang dengan pemerintah yang sah. Mereka beranggapan ketika seorang pemimpin tidak menaati perintah Allah maka ia tidak wajib ditaati dan harus diperangi. Ketika akhir abad pertama, muncul juga kelompok radikal yang lain dalam sejarah Islam yaitu disebut Muktazilah. Berbeda dengan Khawarij yang berawal dari pemikiran politik lalu merambah ke teologis, kelompok Muktazilah sebaliknya yaitu muncul dari pemikiran teologis kemudian masuk ke ranah politik. Paham ini dimotori oleh Washil bin Atha dan kemudian lambat laun kedua kelompok ini menyatu dalam pemikiran dan perilaku radikalisme. 
Kelompok-kelompok yang membawa ruh radikalisme dan terorisme banyak mengacu pada paham Khawarij dibanding Muktazilah. Hingga saat ini tercatat nama-nama seperti Al Qaeda, Jamaah Islamiyah dan teranyar ISIS. Mereka semua dalam kegiatannya membawa-bawa nama agama padahal pada prinsipnya yang namanya terorisme dengan segala kekejamannya tidak ada sangkut pautnya dengan agama dan bangsa apapun di dunia. Tidak ada agama yang mengajarkan kesesatan dan perilaku jahat kepada sesama manusia. Terorisme dapat datang dari pemeluk agama manapun dan dari bangsa apapun. Namun kenyataannya seringkali terorisme dikaitkan dengan Islam sehingga citra Islam dipandang tidak baik di dunia khususnya barat. Islam adalah agama rahmatan lil alamin dan gerakan radikal dan terorisme seperti ISIS jelas bertentangan dengan agama Islam. 
Setiap gerakan radikalisme dan terorisme pada dasarnya merupakan sebuah tindakan kriminalitas. Jadi seharusnya di berbagai belahan dunia manapun hendaknya kejadian terorisme tidak disangkutpautkan dengan agama. Terorisme dan radikalisme dapat terbentuk dari adanya ketidakadilan dan dipelihara oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan tertentu. Terorisme dan radikalisme juga lahir dari kebodohan dan kemiskinan dalam memahami ilmu agama.
Secara geografis Indonesia yang mayoritas adalah Muslim kini harus berupaya menghadang setiap gerakan tersebut karena akan menghancurkan bangsa Indonesia itu sendiri. Pendidikan agama harus benar-benar ditanamkan pada setiap insan bangsa Indonesia agar tidak terjerumus ke dalam gerakan radikalis.



Sumber dan Gambar:
Metro TV dan Kompas
disini

Posting Komentar

0 Komentar